Adakah dari kalian yang tidak mengenal Tana Toraja? Langsung saja mengaku dan tanyakan apapun kepadaku di kolom komentar jika sampai pada kata ini, kalian belum mengenal tentang Tana Toraja. Jika sudah menuliskan di kolom komentar, scroll ke atas dan perhatikan setiap bait kata yang aku tulis di postingan ini. Aku akan bercerita sekilas tentang sebuah tempat yang tersohor akan keindahan alam dan tradisi masyarakatnya yang sangat kental di area pegunungan Sulawesi bernama Tana Toraja.
Mungkin sebagian dari wisatawan sudah tidak asing lagi dengan Pulau Bali. Benar, Bali sangat masyhur akan pantai pasir putih dan tradisi masyarakat Hindu yang sangat kentara. Hal yang sama berlaku juga dengan Tana Toraja. Daerah yang terletak di pegunungan Sulawesi ini dikenal oleh masyarakat domestik bahkan internasional sebagai daerah yang masih menjunjung tinggi tradisi pernikahan dan kematian sejak zaman nenek moyang hingga saat ini.
Petualangan menuju ke Tana Toraja membutuhkan usaha yang ekstra. Kala itu, aku dan kelima temanku, Juki, Reza, Dobi, Dewi, dan Tedo berangkat dari Jakarta pukul 21.55 WIB menuju Kota Makassar dengan estimasi ketibaan di Bandara Sultan Hasanuddin pukul 01.00 WITA. Tanpa ada drama pesawat delay dan sebagainya, kami sampai di Makassar tepat waktu dan sudah ditunggu oleh Mas Agung, driver yang akan mengantarkan kami untuk berkeliling Toraja selama 2 hari 1 malam.
Setelah semuanya beres termasuk mengganjal perut yang kosong, perjalanan ke Tana Toraja melalui jalur darat dengan waktu tempuh 7 jam dimulai!
1. Negeri di Atas Awan Lolai To'tombi
Lolai To'Tombi |
Negeri di Atas Awan |
2. Desa Kete' Kesu
Rumah Tongkonan |
![]() |
Rumah Desa Kete' Kesu |
Selanjutnya aku bertanya tentang rumah Tongkonan. Bisa dilihat pada gambar sebelumnya bahwa di setiap rumah Tongkonan terdapat tanduk yang dipajang di bagian tiang penyangga rumah. Nah, semakin banyak tanduk yang dipajang menandakan semakin tinggi derajat penghuni rumah tersebut di mata masyarakat.
3. Perkuburan Londa
Peti dan Tengkorak di Perkuburan Londa |
Peti dan Tengkorak di Gua Londa |
Daerah Tana Toraja memiliki penduduk mayoritas memeluk agama Nasrani. Tidak heran jika di sini lebih mudah menemukan gereja daripada masjid. Hal tersebut diperkuat dengan adanya salah satu tempat wisata yang menjadi rujukan para wisatawan ketika berkunjung ke Toraja yaitu Patung Yesus Buntu Burake.
Patung ini berada pada ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut dan diklaim sebagai Patung Yesus tertinggi di dunia dengan tinggi badan yang menjulang setinggi 45 meter. Objek wisata ini semakin hits dengan adanya jembatan kaca tembus pandang ke bawah sehingga pengunjung bisa seolah berdiri mengambang di udara.
Gugusan Pegunungan Sulawesi |
Celebes Mountain |
5. Bukit Nona Enrekang
Hujan kembali mengguyur Tana Toraja dan sekitarnya di hari kedua kami berada disini sehingga membuat hawa menjadi tambah dingin. Hari itu kami tidak ada rencana untuk mengunjungi spot wisata lain di Toraja karena kami harus segera kembali ke Kota Makassar untuk mengejar penerbangan kembali ke Jakarta di sore harinya dari Bandara Sultan Hasanuddin. Namun, aku sedikit menyisipkan 1 tempat lagi yang menarik untuk dikunjungi searah dengan jalan menuju bandara yaitu Bukit Nona.
![]() |
Bukit Nona Enrekang |
Pemandangan di Sekeliling Bukit Nona |
Seperti yang telah aku tulis pada caption foto Instagramku di atas, Tana Toraja adalah daerah yang mayoritas dihuni oleh pemeluk agama Nasrani. Aku berkunjung kesana sebagai seorang minoritas karena aku adalah seorang muslim. Tentunya hal tersebut bukan menjadi hambatan buatku, tapi aku bersyukur kepada Tuhan bisa diberikan kesempatan untuk menjadi seorang pembelajar agar lebih menghargai keberagaman yang dimiliki oleh Bumi Indonesia. Terima kasih Tana Toraja.