ASEAN Road Trip : Penang
September 16, 2019![]() |
Georgetown Iconic Building |
Bus Billion Stars relasi Kuala Lumpur-Penang yang aku tumpangi mulai menurunkan kecepatannya ketika sampai di sebuah bangunan mungil yang terang karena lampu yang bersinar pagi itu. Tak terasa perjalanan selama 4,5 jam telah aku tempuh dari TBS menuju Terminal Butterworth yang berada di Penang. Saat itu, waktu masih menunjukkan pukul 04.30. Langit masih gelap dan waktu untuk sholat Subuh masih 1,5 jam lagi. Sembari menunggu Subuh, aku malah tertidur di bangku Terminal Butterworth hingga Ruru membangunkanku tepat pukul 6 pagi.
![]() |
Butteworth Terminal |
Seusai sholat Subuh aku segera bergegas menuju Terminal Fery Sultan Abdul Halim untuk naik kapal menyeberang menuju Georgetown, ibukota Penang. Ternyata satu hal yang baru aku sadari saat itu juga, antara Terminal Bus dan Ferry tergabung menjadi 1 bangunan, dan petunjuk untuk berpindahnya pun jelas. Mantep bener deh konsep transportasi terintegrasi seperti ini. "Kesan pertama yang bagus" pikirku.
![]() |
Hub from Terminal to Harbour |
Tiket kapal ferry untuk perjalanan pulang pergi dibanderol dengan harga 1,25 MYR atau sekitar Rp 4.000, sangat murah bukan? :D Waktu tempuh dari Butterworth ke Georgetown kurang lebih 45 menit. Cuaca di pagi itu sangat cerah cenderung panas. Aku menikmati setiap detik berada di atas kapal tersebut, memandang luas ke arah selat yang memisahkan 2 pulau antara semenanjung Malaysia dan Georgetown.
Sesampainya di Pelabuhan Georgetown, aku dan Ruru langsung menuju ke tempat kami menginap tidak jauh dari pelabuhan tersebut tepatnya di 6orgeous 6race Hostel. Setelah mandi dan bersih-bersih, aku mencari tahu bagaimana caranya agar bisa leluasa mengelilingi Georgetown hingga dapatlah ide untuk sewa sepeda melalui aplikasi Link Bike. Sekilas tentang Link Bike, aplikasi ini khusus tersedia bagi siapapun yang berada di Penang untuk menyewa sepeda yang terparkir di Bike Station yang tersebar di beberapa titik kota Georgetown. Berbekal tarif sebesar 50 MYR, kami menyewa sepeda selama 2 x 24 jam. Kenapa aku pilih sepeda? Jawabannya adalah karena lokasi tempat wisata di Penang berada tidak jauh antara satu dengan yang lainnya, jadi tidak akan terlalu menguras tenaga juga. Selain itu, sepeda juga lebih mudah untuk mencari tempat parkir, berbeda dengan sepeda motor yang sedikit memakan tempat dibandingkan sepeda.
Penang Town Hall |
Hari pertama kami habiskan dengan bersepeda mengelilingi pusat kota Georgetown saja karena kebetulan saat kami datang di sana bertepatan dengan hari Jumat, sehingga 1 hari tersebut terpotong di tengah siang untuk menunaikan ibadah sholat Jumat di sebuah masjid disana. Tapi meskipun begitu, kami tidak mau rugi dong hehe. Kami memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik mungkin dengan berburu street art, kuliner, dan melihat tempat-tempat ikonik di Georgetown.
Ketika mengunjungi Penang, sebisa mungkin aku (masih) harus menekan pengeluaran agar tidak bengkak dengan tidak mengunjungi tempat wisata yang berbayar karena perjalananku (masih) panjang hingga Viet Nam nanti. Tapi meskipun begitu, bersepeda tanpa arah GPS, masuk dari satu gang ke gang lain, hingga akhirnya bertemu dengan bangunan berarsitektur unik di Georgetown seolah menjadi sebuah kejutan yang menarik buatku. Beberapa tempat yang berhasil kami kunjungi dengan bersepeda adalah Penang Town Hall, Penang City Hall, Padang Kota Lama, Masjid Lebuh Aceh, Masjid Kapitan Keling, dan beberapa spot di sudut kota yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
![]() |
Penang City Hall |
![]() |
One fine day in Penang Park |
Lelah bersepeda secara random mengelilingi Georgetown, kami berhenti sejenak di tempat penjual cendol yang sudah terkenal di seantero Penang yang berlokasi di
Nah, salah satu hal ikonik tentang Georgetown adalah lukisan street art yang tersebar di beberapa sudut kota yang menarik untuk dijadikan sebagai objek foto. Aku dan Ruru sepakat untuk berburu Street Art di Penang dengan anggapan bahwa hal tersebut membuat kita serasa berada dalam sebuah misi untuk mencari harta karun yang tersembunyi xD
Eh
tapi bener lho, kita berdua memegang sebuah peta yang kami ambil dari
salah satu toko di Georgetown yang memperlihatkan dimana street art itu
berada. Sambil mengayuh sepeda dan melihat peta tersebut, kami
mendatangi satu per satu tempat yang terindikasi terdapat lukisan
tembok. Mengenai hal ini, aku telah buatkan post terpisah yang khusus menampilkan galeri street art di Penang. Silahkan meluncur ke (Baca : Berburu Street Art di Penang)
Malam harinya, tidak banyak aktivitas yang kami lakukan, hanya mencari santap malam saja di sebuah restoran India di Chulia Street. Setelah itu, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat demi perjalanan panjang keesokan harinya menuju sebuah kuil di area perbukitan Penang.
EXPLORE PENANG (DAY 2)
Alarm handphone berdering nyaring tepat pukul 6 pagi. Sebelum memulai petualangan di hari kedua ini, terlebih dahulu, aku mencuci baju kotor yang sudah menumpuk selama seminggu sejak aku menginjakkan kaki pertama kali di (Baca : ASEAN Road Trip : Singapura). Untungnya, penginapan kami menyediakan fasilitas mesin cuci sehingga kami tidak kesusahan untuk mencari tempat laundry baju hehe.
Sesuai kesepakatan kemarin, hari itu aku dan Ruru akan mengunjungi 2 tempat yang tergolong sebagai destinasi utama di Georgetown yaitu Kek Lo Si Temple dan Penang Hill. Aku sudah mewanti-wanti Ruru bahwa perjalanan di hari kedua ini sedikit lebih berat karena kita akan bersepeda sedikit lebih jauh dari hari kemarin dengan kontur jalanan yang sedikit menanjak karena disitulah lokasi Kek Lo Si Temple dan Penang Hill berada.
Sebelum berangkat, aku mengecek maps guna memastikan rute yang akan kami tempuh untuk menuju kesana. Tertera 8 Km jarak antara penginapan dan Kek Lo Si Temple. Jika ditempuh menggunakan sepeda motor sih mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja, namun saat itu kami menggunakan sepeda kayuh yang artinya waktu tempuh menjadi lebih lama. Tapi tak mengapa, kami bersepeda dengan kecepatan sedang, sambil menikmati udara pagi yang segar di Georgetown.
Kami berangkat tepat pukul 9 pagi dan sampai di Kek Lo Si Temple pukul 10.15. Selayang pandang tentang tempat ini, merupakan pusat ziarah penting bagi pemeluk agama Buddha yang datang dari Hong Kong, Filipina, Singapura, dan negara-negara lain di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Banyak spot yang bisa diabadikan dengan kamera ketika berada disana, terutama bagian dalam kuil yang penuh dengan pernak-pernik yang digunakan sebagai perlengkapan ibadah umat Buddha.
Terdapat satu mandatory spot yang menarik untuk dikunjungi ketika berada di sana yaitu Patung Dewi Kwan Im. Patung ini terlihat menjulang tinggi dan kokoh jika dilihat dari pelataran di sekitar kuil, mungkin tingginya jika dikira-kira bisa sampai 30 meter. Di sekeliling patung, terdapat serambi yang bisa digunakan untuk melihat pemandangan kota
Penang dari ketinggian. Kek Lo Si Temple ini sangat luas sekali dan banyak tangga yang memisahkan antara satu kuil dengan kuil lainnya. Sempatkanlah untuk sekedar melihat kuil-kuil disana, sayang udah capek-capek pergi kesana tapi cuma duduk saja meratapi capek yang dirasakan hehe.
Setelah kami rasa cukup berkeliling Kek Lo Si Temple, saatnya mengayuh sepeda lagi menuju Penang Hill atau orang juga mengenalnya dengan nama Bukit Bendera. Jarak dari Kek Lo Si ke Penang Hill tidak jauh, hanya 2,5 Km saja ditambah dengan kontur jalanan yang menurun sehingga mempermudah kayuhan sepeda kami. Seberes memarkirkan sepeda, kami berjalan menuju ticketing counter untuk membeli tiket tram menuju puncak Bukit Bendera seharga 30 MYR per orang.
Lalu, ada apa di atas sana?
Ternyata di puncak Bukit Bendera terdapat satu tempat yang wajib dikunjungi yaitu Skywalk. Dari tempat kita berdiri di Skywalk ini kita bisa melihat pemandangan Penang dari ketinggian secara komprehensif. Udara di atas sana pun terasa sejuk sekali karena tidak ada bangunan yang menghalangi sejauh mata memandang.
Tidak hanya itu saja, jika perut terasa lapar, kita bisa mampir sebentar ke Cliff Cafe yang berlokasi tidak jauh dari Skywalk. Di Cafe ini tersaji beragam makanan yang bisa kita pilih sesuai selera seperti nasi lemak, seafood, dan makanan lainnya yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu. Nah setelah kenyang oleh makanan berat, sisihkan sedikit space di perut untuk menikmati ice cream di lantai 2 cafe. Es krim disajikan dengan buah-buahan dan susu yang menghias ice cream tersebut sehingga memiliki tampilan menarik dan menggugah selera. Yummy :9
Bagi traveller muslim jangan khawatir, makanan yang dijajakan di Cliff Cafe halal semua kok. Oiya, di Bukit Bendera juga ada Masjid yang bisa digunakan untuk menunaikan ibadah sholat sembari beristirahat sebentar setelah lelah berjalan seharian. Pokoknya paket komplit deh kalau kita berkunjung ke Penang Hill :D
Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Itu artinya kami harus segera turun dari Bukit Bendera sebelum senja datang. Ketika naik tram ke atas tadi serasa kosong dan tidak terjadi antrian penumpang, namun sebaliknya ketika turun. Antriannya mengular hingga membuat kami harus mengantri selama 1 jam untuk masuk ke dalam kereta.
Perjalanan turun menggunakan tram memakan waktu selama 15 menit saja dari puncak Bukit Bendera hingga sampai di stasiun terakhir tempat berhentinya tram di dekat ticketing counter. Kami segera mengayuh sepeda untuk menuju ke pusat kota Georgetown sebelum hari mulai beranjak gelap. Sesampainya di tengah kota, kami mampir sebentar ke money changer untuk menukar uang Ringgit ke Baht karena keesokan harinya kami akan melintas perbatasan Malaysia-Thailand menuju destinasi selanjutnya, Bangkok!
Sholat Isya di Masjid Kapitan Keling menjadi penutup hari yang indah selama 3 hari 2 malam di Penang. Tak lupa, kami memarkirkan kembali sepeda di bike station yang berlokasi tak jauh dari masjid. Sistem rental sepeda online begini patut ditiru oleh kota-kota lain yang menjadi destinasi favorit wisatawan karena hal tersebut merupakan suatu kemudahan dan bisa menjadi salah satu magnet bagi wisatawan untuk datang kesana.
MENUJU KE BANGKOK
Kami mengemasi barang bawaan kami di 6orgeous 6race Hostel, Penang. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, penjaga hotel sepertinya belum terbangun dari tidurnya. Kami menaruh kunci di meja resepsionis dan segera memesan grab untuk mengantarkan kami menuju Prangin Mall, tempat counter ticket bus operator Billion Stars yang akan mengantarkan kami menuju Hat Yai, sebuah kota besar yang berada di perbatasan Thailand.
Oiya, perlu diketahui oleh para traveller yang ingin melakukan perjalanan darat dari Penang ke Bangkok, kita terlebih dahulu harus transit di Hat Yai karena di kota inilah para traveller akan berganti moda transportasi ke jenis kereta atau bus dengan tujuan Bangkok. Saat itu, aku memilih untuk naik Bus karena faktor harga yang lebih murah, durasi perjalanan yang lebih singkat, dan kenyamanan yang ditawarkan sleeper bus hehe.
Fyi, harga bus dari Hat Yai ke Bangkok dipatok seharga 788 Baht atau senilai Rp 390.000. Kalau boleh bilang sih harga tersebut terbilang cukup murah mengingat fasilitas yang diberikan cukup lengkap sehingga membuat perjalanan tidak terasa melelahkan.
Di Bangkok nantilah petualangan sesungguhnya akan dimulai. Hambatan dan keberuntungan menjadi sebuah satu kesatuan yang mengejutkan dalam perjalananku ini. Di kota ini juga aku bertemu dengan seorang stranger yang kemudian bisa menjadi teman jalanku selama 1 minggu dari Thailand hingga Viet Nam. Siapakah dia?
Penang Cendol |
Sebagai
sebuah perpaduan yang mempesona antara budaya timur dan barat, Georgetown
merupakan salah satu destinasi wisata yang paling favorit di kalangan wisatawan yang berkunjung ke Malaysia. Pulau ini berhasil mengombinasikan modernitas dengan tetap
mempertahankan sisi sejarah kolonialnya; karena bangunan warisannya yang
terpelihara dengan baik, ibukota Penang, Georgetown, mendapat gelar
sebagai Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO (UNESCO World Heritage Site).
Nah, salah satu hal ikonik tentang Georgetown adalah lukisan street art yang tersebar di beberapa sudut kota yang menarik untuk dijadikan sebagai objek foto. Aku dan Ruru sepakat untuk berburu Street Art di Penang dengan anggapan bahwa hal tersebut membuat kita serasa berada dalam sebuah misi untuk mencari harta karun yang tersembunyi xD
![]() |
Penang Street Art |
Malam harinya, tidak banyak aktivitas yang kami lakukan, hanya mencari santap malam saja di sebuah restoran India di Chulia Street. Setelah itu, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat demi perjalanan panjang keesokan harinya menuju sebuah kuil di area perbukitan Penang.
EXPLORE PENANG (DAY 2)
Alarm handphone berdering nyaring tepat pukul 6 pagi. Sebelum memulai petualangan di hari kedua ini, terlebih dahulu, aku mencuci baju kotor yang sudah menumpuk selama seminggu sejak aku menginjakkan kaki pertama kali di (Baca : ASEAN Road Trip : Singapura). Untungnya, penginapan kami menyediakan fasilitas mesin cuci sehingga kami tidak kesusahan untuk mencari tempat laundry baju hehe.
Sesuai kesepakatan kemarin, hari itu aku dan Ruru akan mengunjungi 2 tempat yang tergolong sebagai destinasi utama di Georgetown yaitu Kek Lo Si Temple dan Penang Hill. Aku sudah mewanti-wanti Ruru bahwa perjalanan di hari kedua ini sedikit lebih berat karena kita akan bersepeda sedikit lebih jauh dari hari kemarin dengan kontur jalanan yang sedikit menanjak karena disitulah lokasi Kek Lo Si Temple dan Penang Hill berada.
![]() |
Jalanan di Penang |
Kuil tertinggi di Penang |
Kuil Kek Lo Si bagian dalam |
Kek Lo Si Temple |
![]() |
Dewi Kwan Im Statue |
Ticketing Counter Penang Hill |
Penang Hill Skywalk |
![]() |
Penang view from above |
Cliff Cafe Penang |
![]() |
Ice Cream :9 |
Masjid Bukit Bendera |
![]() |
Antri naik tram untuk turun |
![]() |
Penang View from inside the Tram |
![]() |
Kapitan Keling Mosque |
MENUJU KE BANGKOK
Kami mengemasi barang bawaan kami di 6orgeous 6race Hostel, Penang. Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 8 pagi, penjaga hotel sepertinya belum terbangun dari tidurnya. Kami menaruh kunci di meja resepsionis dan segera memesan grab untuk mengantarkan kami menuju Prangin Mall, tempat counter ticket bus operator Billion Stars yang akan mengantarkan kami menuju Hat Yai, sebuah kota besar yang berada di perbatasan Thailand.
Oiya, perlu diketahui oleh para traveller yang ingin melakukan perjalanan darat dari Penang ke Bangkok, kita terlebih dahulu harus transit di Hat Yai karena di kota inilah para traveller akan berganti moda transportasi ke jenis kereta atau bus dengan tujuan Bangkok. Saat itu, aku memilih untuk naik Bus karena faktor harga yang lebih murah, durasi perjalanan yang lebih singkat, dan kenyamanan yang ditawarkan sleeper bus hehe.
Fyi, harga bus dari Hat Yai ke Bangkok dipatok seharga 788 Baht atau senilai Rp 390.000. Kalau boleh bilang sih harga tersebut terbilang cukup murah mengingat fasilitas yang diberikan cukup lengkap sehingga membuat perjalanan tidak terasa melelahkan.
Di Bangkok nantilah petualangan sesungguhnya akan dimulai. Hambatan dan keberuntungan menjadi sebuah satu kesatuan yang mengejutkan dalam perjalananku ini. Di kota ini juga aku bertemu dengan seorang stranger yang kemudian bisa menjadi teman jalanku selama 1 minggu dari Thailand hingga Viet Nam. Siapakah dia?
0 comments