Overland Trans Flores : Sebuah Prolog

February 16, 2019

"When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it" - Paulo Coelho. Pepatah itulah yang selalu terpatri di alam bawah sadarku bahwa jika kita menginginkan sesuatu, maka semesta akan berkonspirasi untuk mewujudkan keinginan kita tersebut. Kalimat itu keluar dari salah satu novelis terkenal di dunia kelahiran Brasil bernama Paulo Coelho. Namun, aku tidak akan membahas lebih detail siapa dia, aku akan bercerita tentang bagaimana semesta membantu mewujudkan keinginanku untuk menyusuri sebuah daratan yang sangat indah di bumi Indonesia Timur bernama Flores.

Sepulangnya aku dari Danau Toba, imajinasiku semakin liar untuk menjelajah bagian bumi Indonesia yang lain. Dan tiba-tiba, tersirat di pikiranku untuk melakukan perjalanan menyusuri Flores atau orang biasa memberi judul di perjalanan mereka dengan nama Overland Flores. Aku mengajak teman jalanku ke (Baca : Belitung) dan (Baca : Banyuwangi) bernama Dobi, dan dia setuju untuk ikut bersamaku. Kemudian dimulailah hari-hari penuh googling untuk mencari informasi tentang Flores selama 2 bulan dimulai dari Bulan Desember hingga hari H pada tanggal 1 Februari 2019 sebagai dasar pembuatan itinerary perjalanan kami secara independen ini.

Sudah banyak referensi dari para pejalan yang menuliskan cerita perjalanannya di blog pribadinya tentang Flores. Masing-masing dari mereka menyusuri Trans Flores dengan berbagai variasi, ada yang memulai dari bagian Timur di Larantuka/Maumere dan ada juga yang memulai perjalanan mereka dari bagian barat Flores di Labuan Bajo. Sejauh yang aku tahu, pintu gerbang Pulau Flores yang lazim ada di 2 titik itu, Maumere dan Labuan Bajo. Nah, dari titik mana kita memulai perjalanan, sebenarnya sama saja sih. 

peta perjalanan trans flores
Peta Trans Flores dari Maumere ke Labuan Bajo
Aku dan Dobi sepakat untuk memulai perjalanan dari bagian timur Flores di Maumere dan kami merencanakan untuk pergi selama 10 hari dengan tujuan destinasi wisata utama ke Kota Maumere, Danau Tiga Warna yang dikenal dengan nama Kelimutu, Kampung Adat Bena di Bajawa, Kampung Tradisional bernama Wae Rebo, dan mengakhiri perjalanan dengan cara Sailing selama 3 hari di gugusan pulau Labuan Bajo. Kami juga berencana akan stay masing-masing 1 malam di 5 kabupaten yaitu Maumere, Ende, Bajawa, Ruteng, dan Labuan Bajo.

Namun, manusia boleh merencanakan dan Tuhan berkehendak atas apa yang telah direncanakan manusia. Perjalanan kami tidak semulus yang kami bayangkan dan bahkan aku harus mengakhiri perjalanan 3 hari lebih cepat sehingga melewatkan destinasi utama untuk Sailing selama 3 hari di Labuan Bajo. Mengapa? Tunggu cerita selanjutnya ya hehehe. Stay tune gaes! Salam petualang!

You Might Also Like

0 comments