Berbaur dengan Warga Lokal di Danau Toba

November 18, 2018


Selain melepas stress dan bosan akan rutinitas sehari-hari, ternyata ada manfaat lain dari travelling yang mungkin menjadi sesuatu yang menarik dan tak terlupakan, yaitu bertemu orang-orang baru di tempat tujuan. Orang baru yang aku maksud disini cakupannya luas lho gaes, ada teman traveller lain yang sedang berada di tempat yang sama dengan kita, atau bisa jadi warga lokal yang penasaran akan keberadaan kita di tanah mereka.

Namun, berbaur dengan orang baru bukan suatu perkara yang mudah bagi semua orang lho, apalagi, bagi seseorang yang memiliki kepribadian Introvert. Bagi mereka, berbincang dengan seseorang yang sama sekali belum pernah kenal bisa menjadi suatu ujian yang nyata. Ujian untuk membuka kepribadian mereka di hadapan orang yang baru dikenal dan berusaha untuk mendengar dan menanggapi apa yang teman baru mereka bicarakan. 

Tapi sebenarnya, tanpa disadari, berbaur dengan orang-orang baru saat travelling, bisa mendatangkan rejeki manfaat yang luar biasa gaes. Saat aku travelling ke Danau Toba kemarin, aku benar-benar terbantu dengan keberadaan orang lokal disana. Mau tau detailnya? Simak ceritaku di bawah ini hihihi.
1. Menginap Gratis 1 Malam di Rumah Warga Lokal
Cerita ini bermula saat aku kebingungan mencari tempat bernaung disana. Sebenarnya banyak hotel dan penginapan di sekitar Danau Toba, tapi aku baru ingat kalau ada applikasi yang menawarkan penginapan gratis di rumah warga lokal. Applikasi ini bernama Couchsurfing, mungkin sebagian dari kalian ada yang pernah tahu atau bahkan menggunakannya.

Tiga hari sebelum hari H keberangkatanku ke sana, aku membuat status di halaman profilku bahwa aku merencanakan perjalanan ke Danau Toba dari tanggal 9-11 November 2018 dan membutuhkan tempat menginap selama 1 malam saja di Parapat, daerah terdekat dari pelabuhan penyeberangan ke Pulau Samosir. Beberapa jam berselang, ada salah satu orang lokal di Danau Toba bernama Johannes Sibarani yang mengirim pesan kepadaku melalui Couchsurfing yang pada intinya menawarkan aku untuk menginap di tempatnya.
Kami intens menjalin komunikasi yang sekaligus juga sebagai ajang buatku bertanya-tanya tentang akses menuju ke tempat tinggal Johannes. Ternyata, tempat tinggalnya tidak berada di Parapat, namun berada di Kabupaten Toba Samosir, sekitar 30 menit dari Parapat. Namun, tak apalah, karena Johannes bilang kepadaku kalau ada banyak angkutan yang akan mengantarkanku menuju Parapat.

Aku menginap 1 malam di tempatnya. Kami saling bertukar pikiran dan pengalaman hingga larut malam. Pokoknya, Johannes orangnya asyik dan dia tidak sungkan untuk menjawab setiap detail kekepoanku tentang Danau Toba dan Budaya Batak. Terima kasih Johannes, semoga sehat selalu.
Johannes-Toba.jpg
Aku dan Johannes
2. Ditawari Tebengan dari Tuk-Tuk ke Pelabuhan Tomok
Hari kedua perjalananku di Danau Toba, aku merencanakan untuk pergi melihat situs-situs bersejarah disana. Setelah menginap 1 malam di tempat Johannes, malam keduanya aku menginap di Tuk Tuk View Inn yang berada di Pulau Samosir. Nah, dari tempat aku menginap ke situs sejarah terdekat ternyata masih berjarak sekitar 5 Km lagi. Tapi.. karena saking kagumnya dengan panorama Pulau Samosir, aku berkeinginan untuk jalan kaki saja menuju kesana. Crazy what? Hahaha.
Panorama-Danau-Toba.jpg
Panorama Sepanjang Perjalanan di Danau Toba
Sampai dengan jarak 3 Kilometer, aku masih kuat berjalan kaki. Namun memasuki kilometer ke 4, lelah juga ternyata, ditambah dengan matahari yang bersinar terik memicu keringat keluar dari kepalaku. Mungkin karena iba melihatku udah jalan sempoyongan, ada warga yang tiba-tiba mendekatiku dan menawarkan tumpangan ke tempat tujuanku. Awalnya aku masih nggak percaya, tapi aku dan sang bapak (yang aku tidak tahu namanya :( ) ternyata 1 arah tujuan, jadi sang Bapak itu mau menawariku. Bagaimana dia tahu ya kalau jalan kita searah? :''

Kami berbincang banyak dan aku menceritakan maksud kedatanganku ke Danau Toba. Eh, pas udah sampai di Pelabuhan Tomok, beliau menawari untuk singgah sejenak di rumahnya yang berlokasi tidak jauh dari situ. Tapi, karena aku sudah mempunyai tujuan lain, dengan berat hati aku menolak ajakan sang bapak. Terima kasih sebelumnya pak atas kebaikannya. Semoga Allah membalasnya. Aamiin.

Aku dan Sang Bapak
3. Berkenalan di Kapal dan Nebeng Gratis ke Parapat 
Kapal Ferry melaju perlahan membawaku menyeberang dari Pelabuhan Tomok menuju Pelabuhan Ajibata di Parapat. Aku duduk di pinggir badan kapal dan menikmati semilir angin yang bertiup sepoi-sepoi. Lalu, ada seorang pria yang duduk di sebelahku menenteng helm di tangannya. Setelah 5 menit berlalu, aku mengajaknya untuk ngobrol. Namanya Fernando, orang asli Danau Toba. Dia berencana pergi ke Medan dengan mengendarai sepeda motor miliknya yang dibawa bersamanya menaiki Kapal Ferry ini.

Saat kami bercakap, dia yang lebih banyak bertanya kepadaku, mungkin karena dia penasaran kali ya sama aku *eaaakk bercanda gaes, dia cowok btw wkwk. Aku bercerita kalau aku akan pergi ke Bandara Silangit karena sore harinya aku ada jadwal penerbangan menuju Jakarta. Eh, padahal gak bermaksud untuk minta tebengan, mas Fernando sendiri yang menawariku untuk nebeng dari Pelabuhan Ajibata ke Parapat, tempat pemberhentian angkutan menuju Silangit. Jarak dari Pelabuhan menuju Parapat sekitar 6 km. Sebenarnya ada angkot yang melayani rute tersebut, tapi apa salahnya buat nebeng mas Fernando, toh dia menawariku secara cuma-cuma alias gratis :D Terima kasih mas Fernando hehe.
Aku dan Mas Fernando
Setelah mendengar 3 ceritaku di atas, bagaimana tanggapan kalian gaes? Apakah kalian masih mengurungkan niat untuk berkenalan dengan orang-orang baru? :p Cobalah untuk sejenak keluar mengeksplorasi keindahan Indonesia dari sudut pandang yang belum pernah kita ketahui sebelumnya. Kelak, kita akan menemukan sebuah fakta bahwa orang-orang di luar sana itu sangaat baik. Dan aku juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semesta, karena telah menunjukkan sisi lain dari Tanah Batak selain kesangaran orangnya.

You Might Also Like

0 comments