Berwisata di Bukittinggi dengan Berjalan Kaki

September 07, 2018

Sumatera Barat familiar dengan Kota Padang sebagai ibukotanya. Namun jangan salah, ada satu kota yang sayang untuk dilewatkan begitu saja saat berkunjung ke sana, apalagi kalau bukan Kota Bukittinggi. Terletak sekitar 90 km dari Padang, kota ini dikelilingi oleh 2 gunung yang mengapit yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kota Bukittinggi mendapatkan julukan sebagai kota wisata, dan rasanya tak salah juga karena disana banyak sekali tempat-tempat wisata yang saling berdekatan satu sama lain. Saking dekatnya, aku menyempatkan diri untuk mengeksplore kota ini seorang diri dengan berjalan kaki saja. Emang bisa? Hmmm penasaran kan :p

1. Melihat Kembaran Big Ben alias Jam Gadang
Aku memulai perjalanan dari penginapanku di Mess KPPN Bukittinggi yang terletak di tengah kota. Ternyata selama ini aku salah mengira kalau Jam Gadang itu terletak di Kota Padang. Jam Gadang terletak persis di tengah kota Bukittinggi dikelilingi oleh Pasar Bawah, Pasar Atas, Plaza Bukittinggi, dan Istana Bung Hatta. Perlu kalian tahu bahwa mesin pada Jam Gadang ini ekslusif lho karena hanya terdiri 2 unit saja di dunia. Satu digunakan di Jam Gadang dan satu lagi di Menara Big Ben di London, Inggris.
Jam Gadang dari kejauhan
Namun sayang, saat aku berkunjung ke sana, Jam Gadang masih dalam tahap renovasi oleh Pemkot Bukittinggi dan baru akan selesai awal tahun 2019 mendatang. Nantinya, di sekitar Jam Gadang ini terdapat area berkumpul masyarakat, mushola, dan lokasi parkir yang tentunya hal itu akan semakin menarik wisatawan untuk datang ke sana.
Jam Gadang
2. Mengagumi Panorama Ngarai Sianok
Kota Bukittinggi memiliki wisata andalan provinsi Sumatera Barat yang memiliki pesona keindahan landscape perbukitan, tebing-tebing curam dengan Gunung Singgalang sebagai latar belakangnya. Orang lokal menyebut tempat ini dengan nama Ngarai Sianok. Untuk masuk ke tempat ini, pengunjung hanya dikenakan tarif sebesar Rp 15.000 saja. 
Panorama Ngarai Sianok
Ngarai Sianok tidak hanya terkenal di kalangan wisatawan domestik saja, namun wisatawan mancanegara pun banyak yang sudah tahu dan menikmati keindahan perbukitannya. Tak heran juga banyak fotografer yang mengabadikan tempat ini dengan lensa kamera. Namun, kita juga harus berhati-hati karena banyak sekawanan monyet yang menjadi penguasa beberapa spot disini. Jangan melanggar daerah kekuasaannya ya, karena waktu itu aku hampir saja dikepung mereka karena salah jalan -_-
Perbukitan Ngarai Sianok
3. Merasakan Aura Mencekam Lobang Jepang
Lobang Jepang
Ternyata, di balik keindahan Panorama Ngarai Sianok, terdapat sebuah tempat sejarah peninggalan Jepang yang dibangun pada masa penjajahan Jepang 76 tahun silam. Lobang ini digunakan sebagai basis perlindungan tentara Jepang untuk mengadapi serangan dari rakyat Indonesia yang mengepung. Tak hanya itu saja, lobang Jepang juga digunakan sebagai tempat penyekapan rakyat yang berhasil ditangkap untuk selanjutnya disandera dan disiksa hingga mati. 
Terowongan Lobang Jepang
Terowongan ini bisa menampung 500-1000 orang maksimal serta konon katanya dapat menahan getaran letusan bom di atas 500 Kg. Bisa dibayangkan betapa kuatnya pertahanan Jepang saat itu dengan terowongan ini ya hmmm
Penjara Lobang Jepang
4. Singgah Sebentar di Monumen Bung Hatta
Puas mengelilingi Ngarai Sianok hingga ke bawah tanahnya, aku melanjutkan perjalanan menuju tempat lain yang sekiranya bisa ditempuh dengan berjalan kaki, yaitu Rumah Bung Hatta. Eh, sebelum sampai kesana, aku melihat satu spot yang menarik perhatianku. Ternyata spot itu adalah Taman Monumen Proklamator Bung Hatta. Memang kalau bicara tentang Bukittinggi tidak jauh-jauh lah pembahasannya dari Bung Hatta karena beliau dilahirkan di kota ini pada tahun 1902 silam.
Taman Monumen Proklamator
Di taman ini, ada sebuah prasasti yang disitu terukir biografi singkat Bung Hatta. Selain itu, perkataan-perkataan beliau juga dituliskan sebegitu rupa sehingga dapat dibaca oleh masyarakat umum yang mengunjunginya.
Biografi Bung Hatta
Pesan-Pesan Bung Hatta
5. Napak Tilas Bung Hatta Kecil di Rumahnya
Rumah Bung Hatta
Dalam perjalanan kesana, aku melewati sebuah pasar tradisional yang menjadi titik berkumpulnya warga Bukittinggi untuk sekedar memenuhi kebutuhan sembako keluarganya. Terdengar juga sorak sorai sopir angkot yang mencari penumpang berhenti di pinggir jalan sepanjang pasar itu.

Tak jauh dari kesibukan aktivitas pasar yang begitu ramai, sebuah rumah kecil sederhana bertingkat 2 berdiri tegap menghadap ke jalan raya. 116 tahun silam, seorang anak kecil yang namanya harum karena memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, lahir dan hidup selama 11 tahun di rumah kecil tersebut. Tentang rumah ini, aku tulis di postingan terpisah (Baca: Melihat Masa Lalu Sang Proklamator di Bukittinggi), supaya kita bisa lebih detail melihat seisi rumah itu.

You Might Also Like

0 comments