Sabtu Mingguku di Bumi Laskar Pelangi Part 1
August 12, 2018
Memiliki durasi waktu liburan yang singkat menuntut kita
untuk menentukan destinasi liburan dan itinerarynya seefektif dan seefisien
mungkin. Itulah yang aku lakukan saat memutuskan untuk menghabiskan waktu akhir
pekanku di Bumi Laskar Pelangi alias Belitung.
Sabtu pagi sekitar pukul 8 pagi, pesawat mengudara sekitar
55 menit dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara H.A.S Hanandjoeddin
Belitung. Sesampainya di bandara Belitung, aku dan Dobi dijemput oleh Adit yang sekaligus akan mengantarkan kami berkeliling Belitunng selama 2 hari. Di sana, kami juga tidak
perlu menginap di penginapan karena Adit dan teman-teman Belitung tinggal di
rumah dinas. Ah, nikmat mana lagi yang kau dustakan :P Inilah itinerary yang
bisa temen-temen jadikan rujukan untuk menghabiskan weekend di Belitung.
Check it out!
1. Replika Sekolah Laskar Pelangi
![]() |
Replika Sekolah Laskar Pelangi |
Setelah dijemput oleh Adit, kami bertemu
dengan Wisnu, Valen, dan Satria yang juga akan mendampingiku berpetualang
disana. Tujuan pertama kami adalah ikon hits Belitung, yaitu sekolah laskar
pelangi. Sekolah Laskar Pelangi terletak di kecamatan Gantong, Belitung Timur. Perjalanan
lumayan jauh dari pusat kota Tanjung Pandan, butuh waktu sekitar 1 jam untuk
sampai di sana. Namun, pemandangan kanan kiri pepohonan hijau akan sedikit
merefresh pikiranku yang sehari-hari hanya bisa melihat hutan beton Jakarta.
Harga tiket masuk sekolah Laskar Pelangi
sebesar 5 ribu rupiah per orang. Sekolah Laskar Pelangi adalah tempat seorang
penulis fenomenal Andrea Hirata menimba ilmu ketika masih duduk di bangku
sekolah dasar. Usut punya usut, bangunan asli dari sekolah ternyata sudah
dibongkar dan bangunan yang saat ini aku lihat adalah replika dari sekolah
aslinya. Bangunan ini menyerupai bangunan aslinya yang didirikan pada tahun 2011.
![]() |
Kelas Sekolah Laskar Pelangi |
Saat pertama kali kesana, aku langsung
memperhatikan jumlah bangku di dalam kelasnya. Seingatku, di film jumlah
siswanya ada sekitar 10 orang, namun di
replikanya hanya berjumlah 6. Seingatku juga, halaman depan sekolah cukup luas
dan ada semacam pagar yang membatasi, tapi di replikanya halamannya nggak
terlalu luas. Tanpa mengurangi makna dari bangunan ini, kalau kita berkeliling
dan memperhatikan detail bangunan sembari mengingat kejadian di tiap scene
filmnya, kita serasa dibawa mundur oleh lorong waktu untuk melihat masa kecil
Andrea Hirata.
Adit dkk. Kemudian mengajakku ke Rumah
Keong. Letaknya berseberangan kok dengan Replika Sekolah Laskar Pelangi. Harga
tiket masuknya 5 ribu rupiah per orang. Bangunan ini didirikan pada danau di atas bekas penambangan timah. Sebagaimana terlihat di foto, bangunan ini memiliki cangkang keong raksasa yang terbuat dari rotan yang dianyam sangat rapi. Di dalam cangkang terdapat tempat duduk bagi pengunjung yang ingin menikmati panorama pinggiran danau.
Berjalan menyusuri dermaga, sampailah di ujung dermaga, ada semacam tangga
menurun untuk turun ke perahu kecil di bawahnya. Katanya sih perahu digunakan untuk menyusuri danau bekas penambangan timah ini,
tapi saat aku ke sana permukaan air danau dangkal, dan tidak memungkinkan
untuk dilalui perahu.
3. Museum Kata Andrea Hirata
3 km ke arah timur Rumah Keong, ada 1 objek
wisata lagi yang sayang untuk dilewatkan yaitu museum kata Andrea Hirata. Kita
harus merogoh kocek 50 ribu rupiah untuk masuk ke dalam + bonus buku saku
tentang laskar pelangi. Bagi pecinta dunia literasi, museum kata ini mungkin
adalah surga dunianya. Bagaimana tidak? Setiap ruangan yang kami masuki,
terdapat kutipan-kutipan dari Andrea Hirata, dan beberapa tokoh terkenal
lainnya yang terpajang di dinding maupun tertulis di lantai yang kita injak.
Tidak hanya kata-kata, ada 1-2 foto Andrea dan teman-teman semasa kecil yang
disadur dari film Laskar Pelangi dipajang juga di dindingnya.
![]() |
Quote by Andrea Hirata |
Memang benar review yang aku baca-baca
sebelumnya mengenai tempat ini, banyak spot foto instagrammable, termasuk kedai
kopi yang ada di bagian belakang bangunan ini. Bisalah coba sruput kopi dan
cemilan disana kalau temen-temen mau :p Kalau nggak mau, ada lukisan-lukisan
abstrak yang dipajang di dinding di bagian luar bangunan. Batinku, kreatif
sekali orang yang mengusung konsep ini, sangat artistik, berwarna, dan tanpa
celah sedikitpun.
Hari beranjak sore, kami bergegas menuju
Pantai Tanjung Pendam yang berada dekat dengan kota Tanjung Pandan. Disini,
kami menikmati sunset di bumi Laskar Pelangi ditemani oleh cemilan pempek dan
kopi. Syahdu yang kurasakan dan membuatku seperti enggan untuk bergerak dari tempat ini.
Cerita berlanjut ke (Baca : Sabtu Mingguku di Bumi Laskar Pelangi Part 2-end)
0 comments