Gunung Papandayan, Gunung Wisata yang Menawan

February 26, 2017

Pendakian pertamaku tahun 2017, aku memilih Gunung Papandayan yang berlokasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Gunung ini tidak terlalu tinggi, malah bisa dibilang gunung wisata karena Pemerintah Kabupaten Garut sudah mengembangkan beberapa fasilitas wisata disana seperti Kawah Papandayan, Blok Pondok Saladah, dan Pemandian Air Panas.

Namun, meskipun begitu, karena ini baru kali pertamaku menginjakkan kaki di tanah Papandayan, aku merasa sangat excited untuk mengeksplor keindahan alamnya.

Perjalanan Jakarta - Garut
16 Februari 2017, 22.00. Start dari Terminal Cililitan Jakarta. 12 orang berangkat dalam 1 bus yaitu Aku, Berlian, Dicky, Wira, Onky, Dobi, Taufan, Halimah, Laili, Dita, Ruru, Salma. Masih tarif yang sama seperti saat Pendakian Gunung Cikuray lalu, dengan biaya Rp 52.000/orang, kami sudah diantar menuju Terminal Guntur, Garut, Jawa Barat.


Setibanya disana pukul 4 subuh, kami sudah ditodong oleh beberapa sopir Pick Up + Angkot yang menawarkan jasa untuk mengantar ke Basecamp Papandayan. Saat itu, kami menyewa 2 mobil. 1 PickUp untuk membawa carrier dan 1 Angkot untuk mengangkut kami. Aku lupa berapa tarif yang harus dibayar, saat itu kami ber12 muat dalam 1 angkot + 2 orang lainnya dari Bandung yang ikut rombongan kami.
angkot papandayan
Carrier di Mobil Pick Up
Simaksi Rp 65.000/orang harus kami bayar ke pihak pengelola dengan rincian, biaya Rp 30.000 sebagai tiket masuk dan Rp 35.000 untuk izin mendirikan tenda alias ngecamp selama 1 malam di Gunung Papandayan.

basecamp papandayan
Pukul 08.00, Basecamp Papandayan.
Basecamp - Pos 1
Kami mulai mendaki pukul 09.00. Cuaca cukup terik saat itu. Pemandangan kawah papandayan menjadi santapan kami dari awal pendakian sampai pos 1. Bau belerang juga tercium sangat kuat. Disarankan bagi yang tidak kuat mencium baunya untuk menggunakan masker. 1 jam perjalanan, sampailah kami di Pos 1.

mulai pendakian papandayan
Kawah Papandayan dari jauh
kawah papandayan
Kawah Papandayan
Pos 1 - Pos 2
Setelah beristirahat dan berfoto-foto, lanjuttt. Berbeda dengan jalur menuju pos 1 yang dipenuhi batu-batu dengan pemandangan kawah, jalur menuju pos 2 ini berupa tanah padat gan. Jalurnya enak banget lah pokoknya. Memang nggak salah kalau sebagian orang menyebut ini sebagai gunung wisata. 1 jam perjalanan juga kami tempuh untuk sampai di Pos 2. Di Pos 2, kami beristirahat agak lama. Karena perut mulai keroncongan, kami menyantap gorengan dan cemilan yang dijajakan oleh penjual disana. Masya Allah, nikmat makanan mana lagi yang dirasakan ketika lapar selain gorengan :D

pos 2 papapandayan
Istirahat di Pos 2
Pos 2 - Pondok Salada
Tujuan selanjutnya adalah ke Pondok Salada atau tempat untuk camp. Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar 30 menit dari Pos 2, sampailah kami di Pondok Salada. Tempatnya sejuk, luas, ada kamar mandi, dan penjual makanan. Fasilitas lengkap pokoknya. Recomended buat ngecamp disini.
pondok saladah
Persiapan makan siang
Nah setelah makan siang, kami tidur tuh di tenda masing-masing dengan rencana untuk mengeksplor hutan mati sore nantinya. Pukul 4 sore, kami start buat trekking lagi menuju hutan mati. Treknya biasa sih, gak terlalu berat. Banyak pepohonan juga yang menaungi. Trekking sekitar 45 menit, sampailah di tempat tujuan. Hutan mati ini seperti kumpulan pohon yang entah seperti habis kena erupsi, nggak ada daunnya sama sekali, hanya batang dan ranting yang berdiri tegak.

hutan mati papandayan
Hutan Mati
Hutan Mati - Tegal Alun
Karena hari masih terang, kami memutuskan untuk lanjut terus naik menuju Tegal Alun. Sebelum naik Papandayan, aku dan Dicky sudah browsing kalau setelah hutan mati ini ada kawasan Edelweiss bernama Tegal Alun. Kurang lebih berjalan vertikal selama 1 jam, pukul 17.00 kami sampai di Tegal Alun. Indah banget rasanya disini, berada di tanah lapang yang dikelilingi bunga edelweiss membuat kami seolah berada di dunia yang lain hehehe.

tegal alun
Tegal Alun
Maghrib pun tiba, kami turun kembali ke pondok salada. Namun naas, setibanya di tenda, makanan kami telah hancur dijarah oleh babi :( Entah darimana asalnya, yang pasti pop mie dan kopi yang kami bawa ludes. Kami nggak tahu kalau sebenarnya di Pondok Salada ini banyak babi. Malemnya, dibikinlah sistem piket. Onky dan Berlian tapi yang piket, yang lain mah tidur wkwk. Gak tahu kenapa 2 orang itu berada di 1 tenda sama makanannya. Jadi kalau babinya datang lagi, tenda mereka duluan yang kena hahaha.
logistik hancur karena babi
Logistik hancur karena babi
Hutan Mati - Puncak Bayangan
Pendakian Papandayan sebenarnya dianjurkan untuk sampai hutan mati saja. Kalaupun lanjut cuma boleh sampai Tegal Alun. Papandayan memiliki puncak tertinggi 2265 mdpl. Namun, orang lokal gunung itu menyampaikan bahwa trek menuju puncaknya kebakaran sehingga aksesnya ditutup. Namanya juga anak muda, kami nekat untuk terus naik, dengan syarat harus didampingi orang lokal gunung itu.

Pukul 4 pagi, Dicky sudah janjian dengan seseorang yang akan mengantarkan kami menuju Puncak Papandayan, tentunya tidak gratis bro. Kami bayar sejumlah uang untuk mengantarkan kami menuju puncaknya.

1 jam berjalan, kami berhenti di Hutan Mati untuk sunrise.
sunrise hutan mati
Sunrise hutan mati
lompat di hutan mati
Aku dan teman-temanku di hutan mati
Lanjut ke puncaknya, lumayan jauh ternyata. Kami harus menyeberangi sungai kecil yang saat itu airnya mengalir cukup deras. Treknya naiiik terus dan agak susah untuk dilewati. Memang benar kalau trek ini habis kebakaran, banyak ranting-ranting yang gosong dan jatuh ke tanah sehingga menutupi jalan kami.

summit attack papandayan
Menuju Puncak
Perlahan tapi pasti, sampailah kami di Puncak Bayangan. Guide tidak menyarankan untuk lanjut ke Puncak sebenarnya karena aksesnya benar-benar tertutup, bahkan orang lokal pun tidak bisa lewat. Alhasil kami hanya bisa menikmati pemandangan dari puncak bayangan. Namun, pemandangan dari sini sudah cukup membuat mata kami takjub. Tegal Alun, Kawah, dan Pondok Salada kelihatan jelas dari atas.

puncak bayangan papandayan
View dari Puncak Bayangan
Kalau boleh bilang, sebenarnya apa yang kami lakukan haram hukumnya untuk ditiru. Apabila ada himbauan mengenai batas aman pendakian, hendaknya kita sebagai pendaki dan pecinta alam untuk lebih bersikap bijak. Keselamatan adalah yang utama, bukan hanya sebuah eksistensi di sosial media saja yang dikejar wkwkwk *mendadak bijak.

Aku kasih bonus foto deh.
tim pendakian papandayan
My great team
-Garut, 17-18 Februari 2018-

You Might Also Like

0 comments