Siapa pendaki gunung yang tidak bergetar ketika mendengar nama Gunung Semeru? Gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan Mahameru sebagai puncaknya ini sudah mahsyur tidak hanya di kalangan pendaki gunung namun juga masyarakat biasa yang bukan pecinta gunung. Bagiku sendiri yang belum pernah mendaki Puncak Mahameru, awalnya berpikir kalau gunung ini laksana sebuah gunung tinggi menjulang yang mustahil untuk digapai. Namun, film 5 CM merubah segalanya. Aku perhatikan film itu secara detail untuk tau seluk beluk mengenai gunung ini. Dan mindsetku seketika berubah menjadi optimis untuk menjelajah keagungan Mahameru.
Perjalanan Jakarta - Tumpang
Jum'at, 14 April 2017, pukul 15.15, kami berempat, aku, Dicky, Berlian, dan Deni berangkat dari Stasiun Pasar Senen menggunakan kereta api Matarmaja (harga tiket saat itu Rp 109.000/orang) jurusan Pasar Senen-Malang. Tiba di Stasiun Malang pukul 07.51, kami disambut oleh sorak sorai para sopir angkot yang menawarkan angkutan menuju Tumpang. Karena kami hanya ber 4, dan para sopir angkot hanya mau berangkat jika penumpang sudah mencapai 10 orang, kami harus mencari rombongan lain. Akhirnya, kami bertemu dengan rombongan lain dari Jakarta yang diketuai Bang Tigor namanya. Tak perlu waktu lama, kami memilih Pak Hariyadi, sopir angkot di Malang untuk mengantarkan kami ke Tumpang. Pak Hariyadi mematok harga Rp 120.000/orang untuk angkot PP Malang-Tumpang. Jadi nantinya, ketika kami sudah turun, Pak Hariyadi lagi yang akan menjemput kami di Tumpang.
Tumpang - Ranu Pane
Setelah bersih-bersih dan packing ulang, kami bersiap menuju Desa Ranu Pane, desa terakhir sebelum pendakian. Untuk menuju Ranu Pane, kami harus menaiki Jeep 4x4. 1 Jeep kira-kira bisa muat 10 orang, udah include dengan sopir. Kami harus membayar Rp 150.000/orang untuk biaya Jeep PP Tumpang-Ranu Pane.
![]() |
Rombonganku dan Bang Tigor (Baju Orange) |
Perjalanan dari Tumpang-Ranu Pane kurang lebih 45 menit. Jalannya lumayan mulus, cuma di beberapa titik ada yang berlubang. Sepanjang perjalanan, aku coba mengamati keadaan sekitar. Tibalah saatnya, aku melihat sisi kiri adalah lereng Gunung Bromo. Masya Allah, aku belum pernah melihat pemandangan sebagus ini. Hamparan pasir yang luas dikelilingi pegunungan yang hijau seakan menjadi ciptaan Allah paling sempurna yang pernah aku lihat.
![]() |
Hamparan Pasir Bromo |
Sekilas Tentang Desa Ranu Pane
Dengan ketinggian 2100 mdpl, desa Ranu Pane yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur adalah desa terakhir sekaligus sebagai pintu gerbang pendakian Gunung Semeru. Dari sini, hawa dingin sudah terasa menusuk ke badan. Namun, semangat untuk menggapai tanah tertinggi Pulau Jawa mengalahkan rasa dingin itu.
![]() |
Desa Ranu Pane |
Sesampainya disini, kami mengurus simaksi terlebih dahulu. Sebagai informasi, bagi pendaki Gunung Semeru, harus mendaftar dan mengisi data diri melalui website bromotenggersemeru.org. Setelah mengisi data diri secara lengkap, calon pendaki harus membayar simaksi sesuai kategori di bawah ini melalui transfer antar bank. Bukti pengisian form dan bukti transfer wajib dibawa oleh calon pendaki saat hari H.
![]() |
Tarif Pendakian Semeru |
Selain itu, calon pendaki harus menyertakan surat keterangan sehat dari rumah sakit/klinik yang menyatakan bahwa yang bersangkutan diizinkan untuk mendaki Gunung Semeru. Berkas pendaftaran online, fotokopi ktp, dan surat keterangan sehat diserahkan kepada pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) sebagai persyaratan pendakian.
Setelah mengurus perizinan pendakian, kami diharuskan untuk mengikuti briefing di ruangan yang telah disediakan. Briefing disini bertujuan agar para pendaki tahu mengenai medan yang akan mereka hadapi nanti sekaligus sebagai reminder bahwa kita akan beraktifitas di alam bebas, jadi harus mematuhi segala aturan yang ada.
Ada 1 point yang ditekankan oleh Saver Semeru sebagai orang yang memberikan briefing kepada kami. Batas pendakian aman dan cover asuransi adalah sampai Pos Kalimati. Tidak direkomendasikan bagi pendaki untuk mendaki melewati batas aman, apalagi sampai Puncak Mahameru. Saver Semeru tidak melarang pendaki untuk mendaki hingga ke puncak, namun mereka tidak bertanggung jawab apabila terjadi apa-apa disana. Ya.. semacam warning yang masuk telinga kiri, keluar telinga kanan bagi sebagian pendaki. Puncak Mahameru memang sangat menggoda untuk menjejakkan langkah kaki kita di atas sana.
![]() |
Gambar Gunung Semeru di ruangan briefing |
Pos Registrasi Ranu Pane - Pos 1 Landengan Dowo
Kami ber 4, start pendakian pukul 4 sore. Dari pos registrasi, kami disambut oleh gerbang pendakian Gunung Semeru. Suatu hal wajib bagi kami untuk berfoto disini sebagai landmark bahwa kita sudah menginjakkan kaki di Semeru hahaha :p
![]() |
Dari kiri ke kanan - Berlian, Dicky, Aku, Deni |
Trek tanah dikelilingi perkebunan penduduk dan suara burung kerkicau di sore hari seakan menyambut kami dan mengucapkan selamat datang. Landai, tidak banyak tanjakan berarti di awal pendakian ini.
![]() |
Perkebunan Penduduk |
Kurang lebih 1 jam 30 menit sampailah kami di Pos Landengan Dowo. Setelah rehat sejenak, menenggak air minum dan mengisi perut dengan coklat, kami melanjutkan perjalanan.
Pos 1 Landengan Dowo - Pos 2 Watu Rejeng
Hari mulai gelap. Perjalanan masih panjang bung. Alhamdulillah sampai disini, masih belum bertemu dengan tanjakan yang menguras tenaga. Berjalan santai 30 menit, kami bertemu dengan plang penunjuk jalur bernama Watu Rejeng.
![]() |
Pos 2 Semeru |
Pos 2 Watu Rejeng - Pos 3
Selepas pos 2, kita disambut dengan trek tanah yang agak sedikit menanjak dengan jurang di sebelah kiri jalur. Kami mulai menyalakan headlamp masing-masing. Di sepanjang jalur pendakian ke Ranu Kumbolo ini, akan bertemu dengan jembatan baru yang terbuat dari kayu. Jembatan ini juga sebagai penanda bahwa pos 3 sudah dekat. Jam menunjukkan pukul 18.40, dan kami memutuskan untuk mempercepat langkah agar sampai di Ranu Kumbolo untuk bermalam disana.
Pos 3 - Pos 4
Lanjut dari Pos 3, tanjakan sudah menanti di depan mata. Samar-samar kami melihatnya karena memang hari sudah malam dan cahaya headlamp sebagai penerang perjalanan kami. Trek dari pos 3-pos 4 bisa dibilang mulai menanjak. Tanjakannya pun lumayan, sangat berbeda jauh dengan trek sebelumnya. Udara malam yang dingin seakan menjadi hal lain yang menghambat perjalanan kami. 45 menit kurang lebih untuk sampai di pos 4 dari pos 3. Tidak terlihat pemandangan apa-apa disini. Tanpa menunggu lama, kami memutuskan untuk lanjut ke Ranu Kumbolo.
Pos 4 - Ranu Kumbolo
Sebenarnya jarak dari Pos 4 ke Ranu Kumbolo ini sangatlah dikit, namun trek menurun yang curam mengharuskan kami untuk berhati-hati dalam melangkahkan kaki. Kurang lebih pukul 20.30, kami sampai di Ranu Kumbolo. 25 menit kira-kira waktu yang dibutuhkan. Sesampainya disana, kami langsung mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Aku dan Dicky mendirikan tenda, Berlian dan Deni memasak.
Pagi yang Indah di Ranu Kumbolo
Suara berisik orang-orang di luar tenda seakan membangunkan kami dari tidur panjang nan melelahkan. Saat melihat jam tangan, waktu sudah menunjukkan pukul 05.45. Dari dalam tenda, mentari pagi seakan malu-malu untuk menampakkan dirinya dari balik bukit kembar Ranu Kumbolo.
Ranu Kumbolo adalah sebuah danau seluas 14 Hektar yang terletak di ketinggian 2400 mdpl. Danau ini sangat cantik, airnya dingin, dan kabut pagi menyelimuti permukaan airnya. Tak mau untuk melewatkan momen sunrise begitu saja, Deni bergegas untuk mengambil kameranya. Namanya pendaki ndeso yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Ranu Kumbolo, aku juga berusaha mengabadikan setiap sudut keindahan Ranu Kumbolo
Fajar di Ranu Kumbolo |
Selain view Danau Ranu Kumbolo, kita bisa melihat tanjakan cinta yang menjulang tinggi. Tanjakan Cinta memiliki mitos bahwa jika seseorang sedang melangkahkan kaki di tanjakan itu, memikirkan seseorang yang ia cintai, tanpa menoleh sedikitpun ke belakang, maka cintanya akan abadi. Namun, karena aku belum mempunyai seseorang yang aku cintai, aku bodo amat menoleh ke belakang melihat Ranu Kumbolo dari ketinggian. Sayang untuk dilewatkan begitu saja broo.
![]() |
Tanjakan Cinta |
Menikmati Ranu Kumbolo tidak lengkap rasanya jika tidak sambil makan. Setelah puas menikmati view, kami ber 4 membuka logistik yang kami bawa. Pagi itu, kami memasak sayur sup dan menggoreng nugget. Alhamdulillah, nikmat mana lagi yang kau dustakan? Makan pagi beralaskan tanah, beratapkan langit, dengan pemandangan Danau Ranu Kumbolo.
![]() |
Makan dengan background Ranu Kumbolo |
Ranu Kumbolo - Cemoro Kandang
Puas menyantap sarapan pagi, karena hari sudah mulai beranjak panas, pukul 9, kami melanjutkan perjalanan dengan target untuk camp di Kalimati. Tantangan pertama yang harus kami hadapi yaitu tanjakan cinta. Susah payah mendaki, sampai atas kami disuguhkan 2 pemandangan. Dari sisi depan, terpajang Danau Ranu Kumbolo dari ketinggian. Dari sisi belakang, tersajikan hamparan luas tanaman verbena yang orang-orang biasa menyebutnya Oro-Oro Ombo. Tak ingin melewatkan momen begitu saja, kami mengabadikan gambar dari spot ini.
![]() |
Mejeng dulu dengan latar belakang Ranu Kumbolo |
![]() |
Oro-Oro Ombo |
Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan menuju Cemoro Kandang. Tidak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Allah SWT atas karunia kesehatan sehingga bisa menikmati pemandangan yang indah ini saat melewati Oro-Oro Ombo. 30 menit dari spot foto tadi, sampailah kami di Cemoro Kandang.
![]() |
Tanaman Verbena di Oro-Oro Ombo |
Di Cemoro Kandang ini, ada penjual makanan yang menjajakan berbagai macam makanan. Yang menjadi favorit para pendaki adalah semangka! Kenapa semangka? Di bawah terik sinar matahari, semangka seakan menjadi pelepas dahaga yang mujarab. Sayang, aku lupa mengabadikan foto semangkanya :(
Cemoro Kandang - Jambangan
Lahap menyantap semangka, perjalanan harus tetap dilanjutkan. Tanjakan menuju jambangan nggak habis-habis brooo. Menelusuri hutan cemara yang rimbun dan trek yang sangat menanjakn, aku sudah ngilu dibuatnya, cukup menguras tenaga. Berkali-kali kami di PHP oleh trek. Seakan-akan sudah sampai di Jambangan, ternyata belum. 2,5 jam waktu yang kami tempuh untuk sampai di Jambangan.
Jambangan merupakan area terbuka yang cukup teduh karena dikelilingi pohon-pohon rimbun. Lagi-lagi, di jambangan ini, ada penjual semangka lagi :D Awalnya nggak nyangka juga di pos ini ada penjual, eh ternyata ada. Ya seperti biasa, karena kepanasan setelah jalan cukup jauh, kami ber 4 beli semangka sepuas-puasnya. Seger banget asli. Kesegarannya nggak ada yang menandingi. Kalau kalian pengen ngrasain kesegaran yang kami rasakan, cobalah makan semangka di jambangan :p
![]() |
Pos Jambangan Semeru |
Jambangan - Kalimati
Sedikit lagi kami sampai di tempat camp Kalimati. Trek dari jambangan ke kalimati sangatlah bersahabat. Tidak ada tanjakan, yang ada hanyalah turunan. 15 menit kemudian sekitar pukul 16.30, sampailah kami di Kalimati.
![]() |
Gagahnya Mahameru dilihat dari Camp Kalimati |
Kalimati adalah dataran luas sebagai tempat camp terakhir sebelum summit attack ke Puncak Mahameru. Kebanyakan pendaki Semeru, pasti ngecamp di Kalimati, karena tempatnya enak, strategis, teduh, dan cocok untuk beristirahat. Terdapat mata air Sumber Mani yang terletak di lereng bawah Kalimati. Apabila kita ingin mengambil air, kita harus berjalan sekitar 30 menit ke sana. Dicky dan Berlian yang pertama turun mengambil air di Sumber Mani, selanjutnya aku dan Deni turun kesana untuk mengambil air sekaligus membersihkan badan yang bau karena tidak tersentuh air selama 2 hari wkwk.
![]() |
Mata Air Sumber Mani |
Air sudah terkumpul banyak. Kami siap untuk memasak. Khusus untuk malam ini, menu kami adalah mie. Suatu makanan wajib yang dibawa oleh pendaki gunung apabila ingin makan cepat dan praktis. Pertimbangan kami memilih mie adalah, karena kami sudah capek dan pengen makan cepet, karena malamnya sekitar pukul 12 kami harus mulai summit attack ke Puncak Mahameru.
Kalimati - Arcopodo
Pukul 12 tengah malam. Alarm membangunkan kami dari tidur nyenyak tanda kami sudah harus bergegas untuk summit attack ke Puncak Mahameru. Dengan keadaan mata masih mengantuk, kami melahap cemilan roti sebagai pelapis perut kami yang lapar tengah malam itu sebagai bahan bakar untuk muncak.
Pukul 00.30, kami ber 4 memulai untuk mendaki. Treknya sudah kelihatan dari awal melalui lampu-lampu yang menyala melalui headlamp para pendaki. Trek menuju Arcopodo adalah trek tanah, dengan elevasi yang belum terlalu menanjak atau dibilang masih bisa masuk di akal. 1,5 jam dari Kalimati, sampailah di Arcopodo. Arcopodo adalah batas vegetasi terakhir sebelum trek pasir menuju Puncak Mahameru.
Arcopodo - Puncak Mahameru
Setelah beristirahat sebentar, perjalanan mendaki Tanah Para Dewa dimulai! Beralaskan sepatu gunung yang kuat, satu persatu jejak langkah di trek pasir kami tapaki. Sangat beraattt!! Inilah trek yang nggak masuk akal. Dari awal mulai menjamah trek pasir ini, aku sudah berfirasat kalau perjalanan kami akan berat. Bayangkan, saat kita berusaha keras naik 3 langkah, kami harus melorot 2 langkah, yang artinya kita hanya bisa melangkah 1 kali saja. Hawa dingin dan kantuk seakan menjadi peran antagonisku disini.
Sampai setengah jalan ke puncak, kami jalan terus barengan ber 4 saling support satu sama lain. Namun, di tengah jalan, Deni mulai kelelahan. Dia merasa kedinginan sekaligus mengantuk. Deni menyuruh Aku, Dicky, dan Berlian untuk duluan. Awalnya, kami enggan untuk meninggalkan Deni. Namun ternyata, kami ber 3 khususnya aku mulai kecapekan juga apabila jalan terlalu pelan. Akhirnya, aku putuskan untuk meninggalkan Deni. Dicky dan Berlian ternyata mengikuti di belakangku, yang secara otomatis Deni sendirian di belakang.
Kami ber 3 masih memperhatikan Deni, namun lambat laun Deni menghilang. Dia istirahat entah dimana, yang pasti kami sudah tidak dapat melihat fisiknya. Akhirnya, aku putuskan untuk lanjut jalan terus, karena aku menduga puncak sudah dekat. Pukul 5 pagi, matahari muncul perlahan. Puncak Mahameru sudah mulai kelihatan, aku, Dicky, Berlian semakin semangat untuk menjejakkan kaki disana. Kurang lebih 1 jam, atau pukul 6 pagi, kami BERHASIL menginjakkan kaki di Puncak Mahameru.
![]() |
Pemandangan Puncak Mahameru pagi hari |
Belum terlalu banyak pendaki saat kami sampai di atas sana. Hawa dingin puncak langsung menyerang tulang rusukku menembus baju dan jaket tebal yang aku pakai. Aku yang merasa tidak kuat dengan hawa dingin saat itu, memutuskan untuk duduk sejenak memeluk kakiku agar sedikit merasa hangat. Tanpa sadar, aku tertidur dengan posisi duduk.
Kira-kira 1 jam aku tertidur, matahari mulai panas. Hawa dingin perlahan mulai hilang. Nah saat ini lah aku baru bisa berfoto-foto di puncak. Deni yang tadi kami tinggal, akhirnya berhasil sampai puncak juga meski dengan susah payah. Sesampainya dia di puncak, aku langsung memberikan air dan roti padanya agar dia merasa agak enakan karena aku lihat bibirnya kering dan mukanya pucat seperti orang mau mati x_x
![]() |
Puncak Mahameru 3676 mdpl |
![]() |
Trek pasir Mahameru dilihat dari atas |
Pendakian Mahameru kali ini benar-benar menguji ketahanan fisik, mental, sekaligus pikiranku. Ketahanan fisik karena trek yang luar biasa berat dilalui untuk menuju puncaknya. Ketahanan mental saat mental kita diuji oleh berbagai hambatan menuju puncaknya, memutuskan untuk lanjut atau menyerah kepada hawa dingin dan kantuk yang melebur jadi satu. Ketahanan pikiran, saat pikiran kita diharuskan untuk fokus pada trek yang berpasir, gelap, dan berpotensi untuk merenggut nyawa kita. Karena hilang fokus 1 detik saja, nyawa kita akan melayang.
Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Highest Peak of Java. 3676 mdpl.
Bonus Foto :p |
-Lumajang, 15-17 April 2017-