Libur akhir tahun 2016 lalu, aku merencanakan untuk mendaki Gunung Slamet. Pendakian kali ini, aku ditemani 7 orang temanku. Dicky, Onky, dan Berlian berangkat bareng aku dari Jakarta. Riko, teman SMAku, dari Surabaya. Dhicka, Bagus, Rizki sebagai orang lokal Gunung Slamet.
Perjalanan Jakarta - Purbalingga
Dari Jakarta, tepatnya Terminal Pulogebang kami memulai perjalanan. Aku lupa naik bus apa, dengan tarif Rp 180.000, sudah cukup untuk mengantarkan kami sampai di Terminal Purbalingga. Pukul 10.00, kami tiba di Terminal Purbalingga. Disana ada Dhicka, Rizki, Bagus, dan Riko yang sudah menunggu lengkap dengan angkot yang akan mengantarkan sampai di basecamp.
Basecamp - Pos 1
Simaksi Gunung Slamet kalau tidak salah hanya Rp 5.000. Start pendakian dari Basecamp pukul 12.30.
![]() |
Gerbang Pendakian Gunung Slamet |
Pendakian dimulai dengan melewati perkebunan warga. Vegetasi didominasi oleh hutan pinus. Trek ini cukup panjang. Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai di Pos 1 yaitu Pondok Gembirung. Di pos ini ada shelter yang cukup besar untuk beristirahat. Selain itu, ada warung juga apabila ingin membeli makanan seperti gorengan dan buah-buahan.
![]() |
Dhicka dan Onky di Pos 1 |
Pos 1 - Pos 2
Setelah beristirahat cukup, kami melanjutkan perjalanan. Trek lebih menanjak dari sebelumnya. Mulai memasuki kawasan hutan dengan pepohonan yang lebat. 1,5 jam kami berjalan vertikal dan Alhamdulillah sampai di Pos 2, Pondok Walang.
Pondok Walang, Gunung Slamet |
Pos 2 - Pos 3
Waktu menunjukkan pukul 4 sore, kami harus segera beranjak dari Pondok Walang. Trek menuju pos 3 ini ternyata sangat berat. Tanjakannya lumayan menyita tenaga, medannya berupa tanah padat. Sesekali kami menenggak air minum yang kami bawa. Intensitas istirahat paling banyak adalah menuju pos 3. 2 jam kemudian, kami sampai di Pos 3, Pondok Cemara. Di Pondok Cemara kita masih menemui warung yang menjajakan makanan. Lagi-lagi kami tergiur untuk membeli makanan karena perut kami yang bergejolak kelaparan. Nyammm..
![]() |
Muka-muka yang sebenarnya kelelahan nanjak |
Pos 3 - Pos 4
Trek menuju Pos 4 mulai menyempit. Permukaan tanahnya datar dan padat. Vegetasi masih didominasi oleh pepohonan yang menjulang tinggi sehingga tidak kelihatan pemandangan apapun. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Pos 4 adalah 1 jam.
Pos 4 - Pos 5
Setelah sampai di Pos 4, jangan berhenti disini! Pos ini terkenal dengan keangkerannya, terlihat dari namanya Samaranthu, atau orang lebih mengenalnya dengan kata "Samar" dan "Hantu", Lanjutkan perjalananmu ke Pos 5, tidak jauh kok. Butuh waktu hanya setengah jam saja untuk sampai di Pos 5, Pondok Rangkah.
Pos 5 - Pos 6
Pos 5 ke Pos 6, Samyang Katebonan, juga tidak memakan waktu yang lama. Kurang lebih 45 menit. Namun, karena hari sudah mulai gelap dan kami mulai kelelahan, kami memutuskan untuk ngecamp di pinggir jalan ke Pos 6. Tidak tahu kalau sebenarnya Pos 6 tinggal sedikit lagi hahaha.
Pos 6 - Pos 7
Karena kami camp di tempat yang masih jauh dari Puncak, mau tidak mau harus bangun lebih pagi agar bisa dapat sunrise di Puncak. Pukul 2 pagi, kami start untuk Summit Attack. 30 menit kami tempuh untuk sampai di Pos 7. Yang kami herankan, di pos 7 masih ada warung milik warga yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Aku dan teman-temanku gak bisa membayangkan bagaimana caranya bawa bahan makanan tiap hari sampai pos 7 di ketinggian 2.990 mdpl sedangkan kami yang baru sekali berjalan kesini aja merasa capek banget. Namun, sejujurnya sih, warung ini bisa dijadikan sebagai tempat mengisi perut hehehe.
Pos 7 - Pos 8
Setelah perut kenyang, kami mulai berjalan menuju Pos 8. Trek ini, vegetasi mulai terbuka. Pohon-pohon tinggi sudah jarang kita temui. 15 menit saja waktunya buat sampai di Pos 8. Pos 8 adalah area yang sangat terbuka. Tidak ada pohon yang melindungi, sehingga rawan hembusan angin. Jarang orang mendirikan tenda disini.
Pos 8 - Pos 9
Perjalanan ke Pos 9 diiringi dengan bunga edelweiss di sekitar trek yang kita lalui. Pemandangan bawah Gunung Slamet sudah mulai kelihatan. Begitupun dengan puncak Slamet yang menjulang tinggi. Pos 9 adalah pos terakhir tepat sebelum Puncak. Benar-benar terbuka, tidak ada sedikitpun pohon yang menghalangi.
![]() |
Ngeksis dulu sebelum dihajar Puncak |
Pos 9 - Puncak
Nah disini nih tempat penghabisan tenaga. Trek berupa pasir berbatu yang cukup menyulitkan kami. Tidak direkomendasikan untuk menggunakan sandal apapun sebenarnya. Namun bisa dilihat foto di atas, tidak satupun di antara kami yang memakai sepatu. Jangan ditiru ya. Summit ini, tidak ada pohon yang bisa dijadikan pegangan. Bahkan kadang, batu yang kami injak lepas dari tempatnya dan membuat pendaki yang berada di bawahnya harus berhati-hati.
Sekitar 1,5 jam berjalan vertikal, Alhamdulillah kaki kami menginjak tanah tertinggi Jawa Tengah, Pemandangan kawah Gunung Slamet yang disebut Segoro Wedhi sangat menakjubkan. Sayang, waktu kami sampai di atas, cuaca tidak terlalu cerah sehingga kami tidak mendapatkan lautan awan seperti yang diharapkan. Namun, perjuangan Summit yang mantap itu terbayar dengan lunas. Masya Allah, kami ber 8 foto bersama di Tulisan Puncak Gunung Slamet.
![]() |
Papan Puncak Gunung Slamet |
![]() |
Foto rame2. Puncak Slamet, 3428 mdpl. |
Pada pendakian Gunung Slamet ini, Rizki dan Bagus adalah 2 orang yang baru aku kenal. Mereka adalah teman dari Dhicka, temanku semasa pendidikan. Dari sini aku mendapatkan pelajaran, bahwa perjalanan dengan orang yang baru dikenal terkadang menawarkan sesuatu yang berbeda. Ada cerita baru yang aku dapat dari 2 orang itu. Alhamdulillah, nambah teman, nambah silaturahmi.
-Purbalingga, 11-12 Desember 2016-